Wednesday, September 25, 2019

Mengapa Baru Sekarang?

Saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa.
I'm in my early 30s, having 2 active boys, a hard-worker husband and an entrepreneur.

Kelihatan nya sempurna kah?

Dari luar iya, kami sudah mapan secara keuangan sejak sebelum menikah. Banyak pasangan struggle soal keuangan bahkan setelah beberapa tahun menikah dan punya anak, kebalikannya kami tidak. And we are really grateful for that.

Lalu puaskah saya atas pencapaian ini?
Tidak.

Semenjak kuliah, saya sudah terbiasa bekerja dan mencari penghasilan. Bahkan, jauh sebelum teman2 saya bekerja, saya sudah bekerja duluan sebelum lulus kuliah. Masa muda saya diisi hanya dengan bekerja, bekerja, mencari uang dan mencari uang.

Latar belakang keluarga sebetulnya yang mengharuskan saya untuk bekerja keras untuk mencari uang. Belakangan ini, ada satu hal yang sungguh saya sesali yaitu, saking fokusnya bekerja, saya lupa untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri. To have some rest. To go on holiday.

Pertama kalinya dalam hidup saya, saya bisa bepergian keluar negeri adalah saat saya berumur 30tahun. Tepat 2 hari sebelum hari ulang tahun saya. It was my unforgettable experience. Beberapa dari kita disini mungkin sudah bolak balik travelling keluar negeri, bahkan mungkin juga sudah bosan ya? Hehehe..

Beranjak dari itu, saya mulai berpikir tentang hidup saya, tentang masa depan saya dan keluarga, tentang hal-hal apa yang ingin saya kejar sebetulnya. 

Keinginan untuk menulis blog sudah ada sejak saya SMA, saat itu Blog sedang booming dan banyak orang berlomba-lomba menulis blog hingga ada kampanye yang sangat terkenal yaitu "Ayo, Go-Blog!"
Sudah tidak terhitung juga teman2 saya yang aktif menulis blog hingga hari ini dan beberapa dari mereka telah memiliki blog yang terkenal bahkan sudah memiliki website pribadi.

Mengapa baru sekarang?

Saat itu, saya sudah tahu, saya memiliki sedikit kelebihan dalam menulis, hanya saja masih minder hingga urung untuk mencoba. I'm an introvert person.

Pada awal blog ini dibuat, saya menekankan dalam diri sendiri bahwa blog ini adalah self healing bagi saya. Seperti yang teman2 ketahui, bisa survive di umur 30an itu sebetulnya sudah bagus sekali sih.

Survive disini maksud saya adalah, memiliki pekerjaan yang tetap dan mapan, tahu kemana arah tujuan hidup, tidak lagi bergantung dari support orang tua. Dan dibalik perjuangan kita untuk survive tentulah ada banyak pengorbanan yang tidak ternilai dengan uang. Yaitu saat kita ditempa oleh kehidupan.

Ujian terberat saya sendiri adalah anak2.

Apakah saya tidak mencintai anak2 saya? Oh its a BIG NO.
They are my sunshine and my moonlight. I love them to infinity and beyond.

Hidup saya berubah saat anak pertama saya M lahir.
Terbiasa menjadi wanita bekerja, dalam semalam saya menjadi stay at home mom. Sehari sebelum M lahir, saya masih bekerja hingga larut malam. Saat itu perkiraan lahir masih 2 minggu lagi. Baru paginya saya bilang kepada suami, hari ini saya terakhir yah kerja, saya mau istirahat sampai anak kita lahir.

Jreng,,, jreng,,, jreng,,,,

Keesokan hari nya pukul 6 pagi ketuban saya pecah, sampai ada genangan darah di lantai, kami segera rushed ke rumah sakit dan jam 1 siang lahirlah M. 
Our bundle of joy, our first love as a parents.

Sejak hari itu, saya stop bekerja dan hanya membantu sedikit2 dari rumah. Keseharian saya sekarang bergelut dengan diapers, gumoh, tangisan, poop, tantrum dan MPASI (scariest thing for me)

Ingin rasanya berteriak dan meninggalkan itu semua, belum lagi, setelah menjadi Ibu, banyak kekhawatiran timbul dalam hati dan sangat mengganggu pikiran.
Is my child growing up ok?
Is he get enough food?
Is he smart or dumb?

My world is turning upside down less than 24hours. From working woman, to work at home mom. 
Lelah? Sudah pasti. 
Khawatir? Ini yang paling melelahkan.

Tahapan kehidupan ini berulang saat saya melahirkan anak bungsu saya J.
Seperti roll film yang kembali diputar, saya mengulang lagi semua dari awal.
Bedanya, sekarang sudah lebih berpengalaman sehingga saya lebih cekatan.

Karena saya adalah seorang Introvert, saya simpan itu semua dalam hati. Efeknya adalah, sedikit demi sedikit kekhawatiran disimpan, lama2 pasti meledak. Kami suami istri jadi lebih sering bertengkar, berbaikan, lalu bertengkar untuk hal yang sama. Over and over again.
Hal ini membuat kehidupan kami menjadi tidak menarik dan boring.

Hingga suatu hari, saya berkirim email dengan kerabat yang tinggal beda benua. Kami terbiasa untuk chat via whatsapp, tapi satu hari saya sudah tidak tahan lagi dan memutuskan untuk mencurahkan kegundahan hati panjang kali lebar, karena kalau via whatsapp susah nulisnya kebanyakan. One email leads to another hingga hari ini.

Ada perasaan relieve setelah menulis email kepada kerabat, rasa hati PLONG luar biasa dan membantu saya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang lain. Kerabat saya umurnya sedikit lebih tua, wiser dan lebih banyak pengalaman. Terima kasih kepadanya, saya sungguh betul2 dipulihkan.

Kami jadi saling bercerita pengalaman masing2 dan saling menguatkan. Thanks to technology nowadays, jauh jaraknya tapi dekat di hati. Atas dasar itulah, saya merasakan bahwa, mencurahkan isi hati dengan tulisan adalah sebuah terapi Self Healing bagi saya.

Saya tahu, saya tidak sendiri. Banyak Ibu2 yang juga merasakan hal yang sama hanya tidak tahu bagaimana menyuarakan dan mengungkapkan apa yang jadi kegundahan hati masing2. Saya berharap, dengan menulis blog ini, bukan saja saya "disembuhkan" tetapi juga dapat membantu Ibu2 lain agar "tersembuhkan" atau paling tidak "dihiburkan".

My point is Moms, you are not alone!

#selfhealing #selfhealer #blog #menulisblog #workingmom











Mencoba beli bumbu Bulgogi

Bulgogi 
(bahasa Korea api, dan 고기 daging) 
Jadi, daging yang dimasak diatas api.
Bulgogi adalah olahan daging asal Korea. Daging yang digunakan antara lain daging sirloin atau bagian daging sapi pilihan.
Bumbu bulgogi adalah campuran kecap asin dan gula ditambah rempah lain bergantung pada resep dan daerah di Korea. Sebelum dimakan, daun selada digunakan untuk membungkus bulgogi bersama kimchibawang putih, atau bumbu penyedap lain.
Di Jepang, makanan yang sejenis disebut Yakiniku. Dibandingkan dengan Yakiniku, bumbu daging untuk bulgogi dibuat lebih manis. Air pada bumbu cukup banyak sehingga daging tidak dipanggang di atas plat besi (teppan), melainkan di atas panci datar.

Saya sempat browsing2 bagaimana cara membuat bumbu bulgogi dari awal, karena keterbatasan waktu dan banyak banget printilan bumbu yang dibutuhkan, sedangkan saya tidak ada cukup waktu untuk mempersiapkan, akhirnya saya memilih untuk beli bumbu siap pakai yaitu: Jinsung Bulgogi Korean Bbq Marinade.

Dirumah adanya stok daging sapi untuk empal, jadi cuss lah kita pakai saja.

Malam sebelum tidur, saya merendam 200gr daging empal yang sudah saya iris tipis2 dengan 5 sendok makan bumbu Jinsung Bulgogi. Dalam rendaman daging saya tambahkan 7 buah jamur champignon kaleng yang sudah saya iris tipis, saya remas sedikit agar air rendaman kaleng kering. 

Sayuran aromatik yang saya tambahkan antara lain:
1/2 buah bawang bombay iris agak besar
1 batang daun bawang potong serong
1 buah cabe merah besar buang biji, potong +/- 2cm

Cara memasak ala saya:
  • Saya menggunakan Bolde Sauce Pan yang ada tutupnya
  • Tumis dulu sebagian bawang bombay hingga harum, lalu masukkan cabe merah, tumis hingga layu
  • Masukkan daging dan jamur champignon, sisihkan juice daging yang sudah bercampur dengan bumbu. lalu tutup sauce pan agar lebih cepat matang dan empuk. Api kecil, masak kira-kira 12-15 menit sambil diaduk sesekali
  • Masukkan sisa juice daging, tutup kembali.
  • Setelah dirasa daging sudah empuk, masukkan sisa sebagian bawang bombay, aduk sebentar agar tetap crunchy
  • Terakhir, masukkan daun bawang
Rasanya bagaimana? 

Enak!

Mirip seperti bulgogi buatan restoran. Saya sendiri tidak menambahkan lagi garam, lada, gula, dsb karena merasa bumbu Jinsung Bulgogi saja sudah cukup.

Berikut penampakannya:



Kuy lah teman-teman dicoba,,, menu restoran tapi buatan rumahan 

#cooking #bulgogi #simplebulgogi #memasak #sukamemasak







Jamur Tiram Putih, hate it or love it?

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus
adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. 
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.
Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca disini


Menurut penelitian, jamur tiram seberat 100 gram (gr) dapat menyumbang 30 kalori energi, 1,9 gr protein, 0,1 gr lemak, 5,5 gr karbohidrat, serta 3,6 gr serat. Selain itu, kita akan mendapatkan berbagai asupan vitamin dan mineral ketika makan jamur tiram ini. Mulai dari vitamin B, vitamin D, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, tembaga, dan seng.


Saya sendiri adalah fans berat jamur tiram. Ditumis, digoreng dengan tepung, dipanggang, hmm,,, rasanya enak sekali.
Tapi entah kenapa menurut saya, jamur tiram itu paling enak kalau ditumis dengan cabe rawit dan bawang, apalagi buatan juru masak di warteg, rasanya luar biasa...

Jamur tiram sungguh tricky untuk dimasak, pengolahan yang salah bisa membuat rasa masakan jadi asam dan sedikit bau kayu. Bau inilah yang menyebabkan tidak semua orang suka dengan jamur tiram, ditambah teksturnya yang kenyal dan tidak garing. Nah saya punya tips sederhana bagaimana membuat tumisan Jamur Tiram ini, yang simple namun tetap lezat.

Belilah jamur tiram yang segar, tandanya adalah tudungnya masih utuh, tidak terkoyak dan warna nya putih bersih. Apabila sudah kecoklatan, sedikit berbau dan berlendir artinya jamur sudah tidak segar dan sudah beberapa hari teronggok di toko/pasar. Batang jamur masih kuat dan lentur. Apabila dikibas2 tidak ada air yang menetes.

Setelah itu, potong akar jamur yang berwarna kecoklatan karena sisa2 baglog dan cucilah jamur menggunakan air yang mengalir, sebaiknya jangan direndam karena gizi yang terkandung dalam jamur akan larut dalam air rendaman. Setelah dicuci, jamur dikibas2 agar kering, jangan diremas2 (kecuali akan digoreng, supaya hasil gorengan tidak basah). Bisa juga dipukul2 sampai kering. 

Suwir2 jamur menurut selera, saya sendiri suka suwiran yang agak besar. Sembari menunggu kering kita dapat mengupas bumbu2 pelengkap untuk menumis.

Resep tumis jamur tiram ala saya:

Bumbu:
3 siung bawang merah iris tipis
2 siung bawang putih iris tipis
2 buah cabe merah besar potong serong
2 buah cabe hijau besar potong serong
3-5 buah cabe rawit sesuai selera
1 sendok makan ikan teri *optional*

Bahan Utama:
200gr jamur tiram putih
1 batang seledri potong2 2cm *optional*

Seasoning:
garam 
lada

  • Tumis semua bumbu sampai harum dan layu, apabila menggunakan ikan teri, goreng terlebih dahulu ikan teri dengan 2sdm minyak, setelah ikan teri sedikit kecoklatan dan crispy, langsung masukkan bumbu2 tumis hingga layu.


  • Setelah itu masukkan jamur tiram, oseng2 sebentar, tutup kurang lebih 3-5 menit agar matang merata, lalu masukkan seledri. tambahkan garam dan lada sesuai selera, garam bisa dikurangi apabila menggunakan ikan teri


  • Aduk2 sebentar lalu sajikan dengan nasi hangat.




Hati2 menggunakan minyak dalam tumisan ini karena jamur tiram sifatnya menyerap cairan, termasuk minyak. Saat menumis, kita akan merasa kok tumisannya kering ya? Sehingga membuat kita ingin menambah minyak lagi. Padahal, 2-3 sdm minyak sudah cukup untuk takaran resep ini karena seiring ditumis, jamur akan mengeluarkan banyak air. Apabila kita menambah minyak, hasil tumisan akan sangat terasa *ngendal karena air yang dikeluarkan bercampur dengan minyak, sehingga bukannya menyehatkan, malah menjadi hidangan penuh kolesterol hehehe 

#tumisjamurtiram #jamurtiram #sukamasak #resepsimpel






Monday, September 23, 2019

Memasak Sup Ayam, Gampang-gampang Susah


Hari ini saya memasak Sup Ayam untuk kedua anak M dan J.

Sup Ayam adalah menu wajib buat anak2.

Setelah ratusan kali saya memasak Sup Ayam, akhirnya saya menemukan cara yang sungguh amat simple tapi lezat.

Seringkali bila kita memasak Sup Ayam dengan tambahan kentang, kuah sup akan menjadi keruh dan bertajin karena kandungan tepung yang keluar dari si kentang, hingga rasa kuah sup menjadi berpasir dan nyangkut di tenggorokan.
Belum lagi kentang menjadi rapuh dan mudah pecah saat direbus. 

Sup Ayam tentu sup yang sangat mudah dibuat dan banyak bahan yang dapat ditambah sebagai kombinasi. Hari ini saya menambahkan pasta RIGATONI. Sebetulnya yang common dipakai adalah MACARONI, berhubung stoknya habis dan hanya ada RIGATONI,, cuss lah dipakai aja, karena sebetulnya tekstur dan rasa sama aja cuma beda bentuk.


Nah berikut ini tips dari saya untuk memasak Sup Ayam yang kuahnya bening dan lezat dimakan.

Bahan kuah:
1/2 ekor ayam kampung
1 panci air (+/- 2Liter)

Rebus sampai minyak ayam keluar dan saring airnya, untuk membuang sisa-sisa gajih ayam. Tuang kembali kaldu ayam beserta potongan ayam ke dalam panci 

Bahan Sup:
1-2 batang wortel
1 buah kentang 
Sedikit pasta (Macaroni, Penne, Rigatoni, dsb)
Garam
Lada
Daun Bawang


Tips:
  • Masukkan dahulu bahan keras seperti wortel, lobak, jagung, tunggu hingga setengah lunak baru masukkan bahan seperti: kentang, labu siam, brokoli, dll
  • Rendam potongan kentang ke dalam air garam (harus asin) +/- 1jam supaya kentang tidak hancur saat direbus.
  • Apabila ada anggota keluarga tidak suka makan daun bawang, potong daun bawang besar2 dan dipisahkan setelah sup matang, sehingga sup lebih beraroma dan rasanya lebih enak
  • Macaroni dapat dimasak terpisah atau masukkan dalam rice cooker bersamaan saat kita memasak nasi, agar starch dari Macaroni tidak bercampur ke dalam kuah sup, sehingga membuat rasa sup berpasir. Setelah itu langsung cemplung saja ke dalam Sup.



Dan Sup Ayam lezat pun dapat segera dinikmati oleh anak2 dan keluarga.

Semoga postingan saya dapat membantu 😍

#supayam #mpasi #mpasianak2



About Me

Saya adalah seorang Ibu rumah tangga, wirausahawan, trader saham dan istri.
Menginjak masa2 krisis umur 30tahunan, dimana selalu dihantui oleh perasaaan bersalah dan menyesal.

"What are my achievements?"

"Kemana aja gua selama ini udah 30tahunan kok gitu2 aja?"

I bet most of us here got that same pop up questions.

Memiliki 2 anak laki2 yang sungguh manis (opposite: bandel)
Sulung M usianya menjelang 5tahun, bungsu J usianya menjelang 2 tahun.

Mengurus sendiri anak2 tanpa bantuan pengasuh, ada art hanya untuk bersih2 rumah saja (kurang lebih 4-5jam kerja) dan tidak menginap dirumah.

Susah engga ngurus 2 anak tanpa pengasuh? Susah pake BANGET.

Saya mengalami masa2 keterpurukan yang luar biasa, tidak bisa mengadu kemana-mana, semua disimpan dalam hati, ditelen sendiri, sampai akhirnya saya menyadari, this is not good. this is not healthy at all.

That's why I created this blog as my self healer.

Segudang kegiatan saya, membuat saya tidak punya cukup waktu untuk diri sendiri dan suami. Hampir setiap hari saya tidur tengah malam, bangun pagi2, sehingga badan rasanya rontok tdk karuan, tinggal menunggu aja kapan waktunya drop.

Kesehatan mental seorang Ibu sebetulnya hal yang sangat krusial dalam kehidupan rumah tangga. Tanpa Ibu yang sehat mentalnya, satu keluarga mungkin kolaps. Berlebihan kah saya menulis ini? Saya harap tidak.

Pernahkah terpikirkan oleh kita?
Beberapa dari kita disini mungkin mengalami.

Sewaktu kita kecil, saat Ibu kita sudah mulai stress dengan kondisi rumah yang berantakan, anak2 membangkang, belum lagi kalau Ayah pulang tidak membawa uang yang cukup untuk kebutuhan sehari2.

Betapa kondisi rumah sangat tidak enak dan mencekam, ada pula rasa kasihan saat melihat Ibu berpeluh atau mungkin menangis diam2 di pojokan dapur.

Hari2 ini mungkin angkatan seumuran kita, saat mulai sedikit stress kita curahkan ke media sosial berharap ada komentar penguatan, bahkan berharap suami membaca dan mengetahui teriakan hati kita hihihi...

Beruntunglah kita di zaman sekarang dengan adanya sosial media, kita bisa dengan mudah untuk speak out dibandingkan zaman orang tua kita dulu.

Well,
Terlepas dari itu semua, saya sungguh berharap, post2 yang saya tulis sekarang dan nanti dapat membantu Ibu2 dan teman2 agar dapat melihat sesuatu dengan sudut pandang yang baru. Tidak merasa sendiri karena ternyata banyak dari kita yang mengalami hal yang sama.

#ceritaiburumahtangga #iburumahtangga #mompreneur