Saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa.
I'm in my early 30s, having 2 active boys, a hard-worker husband and an entrepreneur.
Kelihatan nya sempurna kah?
Dari luar iya, kami sudah mapan secara keuangan sejak sebelum menikah. Banyak pasangan struggle soal keuangan bahkan setelah beberapa tahun menikah dan punya anak, kebalikannya kami tidak. And we are really grateful for that.
Lalu puaskah saya atas pencapaian ini?
Tidak.
Semenjak kuliah, saya sudah terbiasa bekerja dan mencari penghasilan. Bahkan, jauh sebelum teman2 saya bekerja, saya sudah bekerja duluan sebelum lulus kuliah. Masa muda saya diisi hanya dengan bekerja, bekerja, mencari uang dan mencari uang.
Latar belakang keluarga sebetulnya yang mengharuskan saya untuk bekerja keras untuk mencari uang. Belakangan ini, ada satu hal yang sungguh saya sesali yaitu, saking fokusnya bekerja, saya lupa untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri. To have some rest. To go on holiday.
Pertama kalinya dalam hidup saya, saya bisa bepergian keluar negeri adalah saat saya berumur 30tahun. Tepat 2 hari sebelum hari ulang tahun saya. It was my unforgettable experience. Beberapa dari kita disini mungkin sudah bolak balik travelling keluar negeri, bahkan mungkin juga sudah bosan ya? Hehehe..
Beranjak dari itu, saya mulai berpikir tentang hidup saya, tentang masa depan saya dan keluarga, tentang hal-hal apa yang ingin saya kejar sebetulnya.
Keinginan untuk menulis blog sudah ada sejak saya SMA, saat itu Blog sedang booming dan banyak orang berlomba-lomba menulis blog hingga ada kampanye yang sangat terkenal yaitu "Ayo, Go-Blog!"
Sudah tidak terhitung juga teman2 saya yang aktif menulis blog hingga hari ini dan beberapa dari mereka telah memiliki blog yang terkenal bahkan sudah memiliki website pribadi.
Mengapa baru sekarang?
Saat itu, saya sudah tahu, saya memiliki sedikit kelebihan dalam menulis, hanya saja masih minder hingga urung untuk mencoba. I'm an introvert person.
Pada awal blog ini dibuat, saya menekankan dalam diri sendiri bahwa blog ini adalah self healing bagi saya. Seperti yang teman2 ketahui, bisa survive di umur 30an itu sebetulnya sudah bagus sekali sih.
Survive disini maksud saya adalah, memiliki pekerjaan yang tetap dan mapan, tahu kemana arah tujuan hidup, tidak lagi bergantung dari support orang tua. Dan dibalik perjuangan kita untuk survive tentulah ada banyak pengorbanan yang tidak ternilai dengan uang. Yaitu saat kita ditempa oleh kehidupan.
Ujian terberat saya sendiri adalah anak2.
Apakah saya tidak mencintai anak2 saya? Oh its a BIG NO.
They are my sunshine and my moonlight. I love them to infinity and beyond.
Hidup saya berubah saat anak pertama saya M lahir.
Terbiasa menjadi wanita bekerja, dalam semalam saya menjadi stay at home mom. Sehari sebelum M lahir, saya masih bekerja hingga larut malam. Saat itu perkiraan lahir masih 2 minggu lagi. Baru paginya saya bilang kepada suami, hari ini saya terakhir yah kerja, saya mau istirahat sampai anak kita lahir.
Jreng,,, jreng,,, jreng,,,,
Keesokan hari nya pukul 6 pagi ketuban saya pecah, sampai ada genangan darah di lantai, kami segera rushed ke rumah sakit dan jam 1 siang lahirlah M.
Our bundle of joy, our first love as a parents.
Sejak hari itu, saya stop bekerja dan hanya membantu sedikit2 dari rumah. Keseharian saya sekarang bergelut dengan diapers, gumoh, tangisan, poop, tantrum dan MPASI (scariest thing for me)
Ingin rasanya berteriak dan meninggalkan itu semua, belum lagi, setelah menjadi Ibu, banyak kekhawatiran timbul dalam hati dan sangat mengganggu pikiran.
Is my child growing up ok?
Is he get enough food?
Is he smart or dumb?
My world is turning upside down less than 24hours. From working woman, to work at home mom.
Lelah? Sudah pasti.
Khawatir? Ini yang paling melelahkan.
Tahapan kehidupan ini berulang saat saya melahirkan anak bungsu saya J.
Seperti roll film yang kembali diputar, saya mengulang lagi semua dari awal.
Bedanya, sekarang sudah lebih berpengalaman sehingga saya lebih cekatan.
Karena saya adalah seorang Introvert, saya simpan itu semua dalam hati. Efeknya adalah, sedikit demi sedikit kekhawatiran disimpan, lama2 pasti meledak. Kami suami istri jadi lebih sering bertengkar, berbaikan, lalu bertengkar untuk hal yang sama. Over and over again.
Hal ini membuat kehidupan kami menjadi tidak menarik dan boring.
Hingga suatu hari, saya berkirim email dengan kerabat yang tinggal beda benua. Kami terbiasa untuk chat via whatsapp, tapi satu hari saya sudah tidak tahan lagi dan memutuskan untuk mencurahkan kegundahan hati panjang kali lebar, karena kalau via whatsapp susah nulisnya kebanyakan. One email leads to another hingga hari ini.
Ada perasaan relieve setelah menulis email kepada kerabat, rasa hati PLONG luar biasa dan membantu saya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang lain. Kerabat saya umurnya sedikit lebih tua, wiser dan lebih banyak pengalaman. Terima kasih kepadanya, saya sungguh betul2 dipulihkan.
Kami jadi saling bercerita pengalaman masing2 dan saling menguatkan. Thanks to technology nowadays, jauh jaraknya tapi dekat di hati. Atas dasar itulah, saya merasakan bahwa, mencurahkan isi hati dengan tulisan adalah sebuah terapi Self Healing bagi saya.
Saya tahu, saya tidak sendiri. Banyak Ibu2 yang juga merasakan hal yang sama hanya tidak tahu bagaimana menyuarakan dan mengungkapkan apa yang jadi kegundahan hati masing2. Saya berharap, dengan menulis blog ini, bukan saja saya "disembuhkan" tetapi juga dapat membantu Ibu2 lain agar "tersembuhkan" atau paling tidak "dihiburkan".
My point is Moms, you are not alone!
#selfhealing #selfhealer #blog #menulisblog #workingmom
No comments:
Post a Comment