Sunday, October 6, 2019

Dua malam di Pantai Pangandaran

Setelah berkendara selama kurang lebih 10 jam, kami akhirnya tiba ke Pantai Pangandaran. Seharusnya bisa lebih awal hanya saja ada perbaikan Jembatan yang menjadi satu2nya penghubung ke kawasan pantai. Mungkin jaraknya hanya kira2 3km tapi macetnya sampai 1 jam. OMG.

Kami berhasil check in di Laut Biru Hotel sekitar pukul 8 malam. Badan rasanya rontok dan lelah sekali. Setelah membersihkan diri, kami mengajak anak2 untuk turun sebentar melihat2 lobby dan area depan hotel, sambil ngemil CFC, kebetulan ada pas di sebelah hotel.

Sampai malam, masih banyak ibu2 separuh baya menjajakan ikan jambal, keong hidup dan jasa pijit. Seberang hotel ada banyak Mobil Goes. Sayangnya saya lupa mengabadikan ragam Mobil Goes tersebut. Jadi, sebetulnya Mobil Goes itu kira2 adalah 4buah sepeda yang dirakit sedemikian rupa menjadi mobil, atapnya memakai bekas kerangka mobil VW jadul, atau ada juga yang mirip becak.
Kalau yang atapnya mobil VW, sewa 1 jam Rp. 100.000 sedangkan yang becak Rp. 50.000.

Sehabis puas ngemil kami naik ke kamar untuk beristirahat.
Ini penampakan kamar kami:


Di dalam kamar disediakan air mineral langsung segalon menggunakan dispenser guci kalau saya sebutnya. Disediakan juga teko air panas dan gelas. Untuk amenities disediakan sangat minim, yaitu hanya ada 4 buah handuk dewasa (kalau kamarnya 2 king bed) dan 1 buah sabun batang untuk cuci tangan. Kalau sabun mandi dan shampoo sudah ditempel di tembok sebelah shower. 

Paginya kami turun untuk sarapan di lantai 2. Restaurant bersebelahan dengan kolam renang jadi sambil makan, sambil melihat anak2 seru main air dan water slider. Sarapannya menurut saya sangat sederhana dan Indonesia. Sederhana, rumahan, seperti dimasak oleh Ibu rumah tangga tapi kok enak? Ada berbagai pilihan saperti : Nasi Goreng Kecap, Nasi Goreng Yangchow, Nasi Kuning, Mie Goreng, Soto Ayam, Bubur Ayam, Pisang Goreng, Bubur Kacang Hijau dan Bihun Goreng. Yang lebih Western hanya Roti Panggang (bisa pilih selai kacang, stroberi dan cokelat) kopi dan orange jus.

Penampakan restaurant nya:



Ini sarapan mama:


Sederhana tapi enak loh. Nasi kuning nya paling enak menurut saya, mengingatkan saya ke Ibu2 tukang jual nasi kuning sebelah sekolah waktu SD.

Selesai sarapan dengan kenyang, kami berjalan kaki ke depan hotel dimana hamparan pantai yang luas langsung menanti.

Yuk ah langsung liat foto2nya ga usah diceritain...



Sepanjang pantai banyak banget perahu tradisional milik nelayan sedang bersandar, sekali lagi saya ga sempat untuk foto2 karena baby J ketakutan nginjak pasir pantai (maklum biasanya anak kota). Butuh waktu sekitar 40menit baru mau turun dari gendongan mama,,,, pegel pundak ku,,,,

Saat M dan papa lagi asik bermain, saya melihat para nelayan yang sedang menarik jaring dan memilah2 ikan tangkapan. Saya kurang begitu tahu apakah mereka menangkap langsung atau bagaimana, karena menurut Ibu nelayan yang saya ajak ngobrol, di tengah laut ada tambak dan tugas mereka menarik jaring yang dipasang dari tambak sampai ke bibir pantai, panjang jaring kira2 200-300 meter lohh,,, dan butuh belasan orang untuk nariknya. 



Para nelayan memilah ikan dari jaring berdasarkan ukuran, kebanyakan dapetnya ikan teri yang kecil2. Waktu mereka memilah saya dibagi satu ikan yang lucu sekali 


Kalau ga salah harusnya ini namanya ikan Kudu-kudu, ikan ini keras sekali kulitnya kayak batu, jadi bagi mereka ikan kecil ini ga ada gunanya, malah dibuang gitu aja ke pasir. Saya ngumpulin dapat 4 ikan kecil ini, saya taruh di aqua gelas bekas yang saya isi dengan air pantai. Sayangnya ikan ini ga keangkut karena siangnya kami harus ganti kamar. Mau diminta lagi udah engga ada, padahal rencanya nya mau dipiara huhuhuhu..

Ada sesama wisatawan juga dapet ikan waktu main2 di pinggir pantai


Pantai Pangandaran ini sangat indah, pasir pantainya halus sekali dan ombaknya tidak begitu kencang saat kami datang kesana. M kesenengan main pasir ga mau balik ke hotel, minta main terus. Ga lama main di sana kita berempat sunburn parah banget. TIPS: selalu ingat pakai sunblock!

Sebelah kiri Laut Biru Hotel ada Cagar Alam Pangandaran. Di pinggir Cagar Alam ada pantai pasir putih, kalau mau kesana bisa sewa perahu Rp. 20.000 per orang dan kami berencana kesana sore harinya.

Kami ketemu wisatawan dari Rancaekek, Bandung. Menurut beliau, mereka sekeluarga minimal 2 bulan sekali main2 di pantai ini. Mereka merekomendasikan kita untuk main ke Pantai Batu Karas, kurang lebih 30km atau 1 jam berkendara dari Hotel. 

Dengan semangat saya langsung bilang ke Suami, "Ayo kita ke Batu Karas aja abis makan siang. Pantai pasir putihnya besok pagi aja".
Suami pun OK.

And turns out its the worst decision I ever made.

Pantai Batu Karas itu ternyata ombaknya tinggi dan banyak sekali surfer disana baik dalam dan luar negeri. Ombak di bibir pantai daya tariknya lebih kuat daripada Pantai Pangandaran. 

Berkendara kesana 1 jam lebih dan ada tarif masuknya juga.

Berikut tarifnya:


Bagaimana ya saya menggambarkan perjalanan ke Pantai Batu Karas, 



Nah, keliatan ya dari capture-an google maps diatas.

Pantainya sama persis dengan Pantai Pangandaran, hanya pasirnya lebih hitam. Banyak surfer dan wisatawan lokal maupun asing. Yang jadi sedikit penyesalan adalah udah jauh2 berkendara tapi menurut saya pantai nya sama aja... Tau gitu ke Pantai Pasir Putih aja bayar 20k ga pake lama, deket pula dengan Hotel, sekalian bisa liat rusa di cagar alam. 

Yang jadi minus besar sekaligus keprihatinan saya adalah, Mau bilas tidak ada tempat yang "decent". Kita bisa sewa wc2 umum yang di swadaya oleh masyarakat sekitar, bayar Rp 4.000 perorang. Jadi kebanyakan mereka adalah pedagang makanan kecil dan souvenir dibelakang pagar pantai dengan kios2 kecil yang sudah disekat. Well, wc nya kurang bersih, bau pesing, ember dan gayungnya udah pada lumutan. Saya tidak menghakimi atau belagak "sok bersih "sok kaya". Saya sedih karena dengan tarif masuk yang dikenakan cukup mahal, tetapi tidak ada kontribusi dari pemerintah daerah untuk membuatkan tempat bilas yang baik. Malu dong banyak wisatawan luar negeri nyari ombak bagus, tapi terkendala soal membilas diri ini. 

Ini dia Pantai Batu Karas:



Keliatan kan banyak wisatawan nya, cuma ya itu kendalanya. Tempat bilas. Mudah2an kedepannya ada banyak kontribusi dari Pemerintah daerah ya...

Sepulang dari Pantai Batu Karas, kami makan malam di Brillo Pizza. Berbekal Waze kami langsung meluncur kesana. Lokasinya terpencil banget, sebelahan dengan Hotel Aston Pangandaran (sudah tutup). Saat kami kesana, kondisi sudah malam, dan jalanan kesana itu mirip film horor/thriller deh. Jalanan tidak mulus, berkerikil dengan suara sreeek,,, sreeek,,, gretek gretek gretek,,,, dan gelap tanpa lampu jalan. Pokoknya ngeri banget, sebelah kiri kita pantai, sebelah kanan kita beneran lahan kosong! Kita udah mau puter balik aja takut ada apa2 dijalan. Suami sampai ngeri bilang "Ini kok kita kayak lagi di daerah gangster ya...."

Saat mau putar balik, kami lihat ada belokan ke kanan dan ada plang pakai kayu tulisannya : Franco's Brillo Pizza this way.

Fiuhhhh relieve banget rasanya, ga sampai 50 meter kita udah sampai kesana. Ternyata betulan ada Restoran pizza in the middle of nowhere!

Saat memesan kita sempat tanya ke waitressnya, ini udah lama buka disini? Dia jawab udah hampir 10 tahun. OMG... Ditempat sepi kayak gini bisa rame dan terkenal. Berarti memang pizzanya enak banget dong.

Kami pesan Beef Corona Pizza and chips (recommended) dan iya loh!

The amount of the cheese is so generous, ditarik ga putus2 mozzarella nya, daging cincang nya gurih, lembut, creamy, cuma sayang mereka pakai jamur champignon kalengan, dimana menurut saya harusnya pakai yang fresh lebih enak.

Langsung aja foto pizza nya:



Mereka memanggang pizza nya ga pakai oven tapi pakai kubah batu persis seperti di Italy. Fotonya agak buram dan gelap ya


Suasana restoran sangat cozy, sebagian besar bangkunya kayak ayunan jadi sambil makan pizza bisa swing swing swing... Untuk ngobrol juga enak, sunyi tenang, nyaman. Selagi kita makan, pengunjung ga berhenti2 datang dan makin lama semua bangku penuh terisi. Ownernya sendiri sangat ramah terutama kepada anak2. Saat terakhir mau pulang saya sempatkan foto, saat saya mau foto oven batu mereka diatas, saya dengar ownernya sedikit ngomong keras, kayaknya ga suka. Wah saya langsung deg2an. Pembelajaran juga buat saya, lain kali kalau mau ambil foto izin dulu sama pemiliknya yaa...

Nah lanjut cerita dari waitress, jadi owner-nya ini udah 20tahun di Pangandaran, menikah dengan warga lokal dan buka restoran ini.. Saat menyambut kami datang, bahasa Indonesia si owner fasih sekali. 

Setelah kenyang, kami berkendara pulang ke Hotel...

Cerita hari kedua di Post selanjutnya ya...





No comments:

Post a Comment